Senin, 23 Februari 2015

Terpesan dari gurunda ust. Salim A. Fillah


Para pemanah di Jabal Rumat, Gunung Uhud adalah kunci kemenangan pasukan Rasulullah. Tetapi sbgmn yg disebut Allah “hati yg menginginkan dunia & ketidakpatuhan pada perintah Rasulullah” adalah pintu kekalahan mereka. Bersebab 2 perkara ini, Khalid ibn Al Walid yg memimpin Kavaleri tangguh Quraisy bisa memutari  bukit & memporakporandakan pasukan muslimin.

Dan betapa akrabnya kita hari ini pada 2 hal itu; hati yg menginginkan dunia” & “jauhnya dari manaati Rasulullah,” jelaslah menjadi gambaran akan sering kalahnya kita di hadapan berbagai ‘pertempuran’, sejak dari dalam diri ini. Melawan hawa nafsu, menaklukkan syahwat, sampai mengantar cahaya Allah & menghadapi musuh-musuh kebenaran dari syaithan yg berbisik, sesama yg hasad, munafik yg khianat, hingga kuffar yg jahat; betapa akan amat berat.

Ya Allah, selamatkanlah kami dari cinta terhadap dunia yg membutakan, cintakan kami pada sunnah RasulMu di segala keadaan. Aamiin..

#seuntaiHikmah

Kamis, 08 November 2012

Dua Inspirasi Emas #2

@Masjid An-Nur Wonocolo Surabaya

Berniat sholat dhuhur berjamaah. Tanpa sengaja aku bertemu dengan salah seorang teman lama. Dia masih terlihat segar dan rapi seperti awal kami kenalan. Sebelum sholat kami sempat berjabat sambil saling berucap salam dan bertanya kabar.

Selesai sholat dhuhur, aku menghampirinya. Dan kami pun terlibat dalam obrolan yang cukup asik. Kami ngobrol tentang karir kami setelah lulus kuliah. Dulu, aku mengenalnya ketika aku ikut latihan dasar LPBA. Dia kuliah di fakultas adab, berperawakan agak kurus dan tak terlalu tinggi namun penampilannya sederhana.Yang aku kagum adalah setiap kali bertemu dengannya seolah tak pernah sedikitpun ada guratan kesedihan atau keluhan dari aura wajahnya. Itu yang membuatku salut padanya.Dan yang lebih membuatku kagum padanya adalah dia tinggal di musholla selama kuliah di Surabaya, bisa berdikari di “negeri orang.”

Dari obrolan kami, kekagumanku akan sosok dirinya belum berhenti malah semakin bertambah. Ternyata ia sekarang bekerja sebagai tenaga freelance, mendistribusikan buku-buku sekolah. Dan lagi-lagi dia menjadi takmir masjid di salah satu masjid di daerah Ngagel. Naik peringkat sekarang dari dulunya takmir musholla sekarang takmir masjid. Dia bercerita kalau sekarang fasilitas di masjid lebih dari dulu ketika dia masih di musholla, bahkan soal makan pun sudah terjamin. Mungkin itu semua berkat dedikasinya selama 3 tahun mengabdi di musholla semasa kuliah. Subhanallah.

Bahkan dia sekarang telah bisa mencukupi kebutuhannya sendiri meski masih pas-pasan. Dia juga bilang ke aku, “ jangan malu dan jangan gengsi kalau ingin jadi pengusaha sukses.”

Bila dilihat dari semangatnya yang menggelora, menurutku dia sangat cocok menjadi seorang calon pengusaha besar. Mentalitasnya sudah teruji sebagai seorang pengusaha bagi dirinya sendiri.Tinggal menunggu waktu saja tak lama lagi aku yakin dia kan sukses.

Lha sekarang, bagaimana denganmu van?

Masih mau terus berleha-leha, bersantai ria gak melakukan apa-apa. Hidup ini singkat, maka berbuatlah yang terbaik. Aku belajar dari semangat seorang teman yang luar biasa, mengisi masa mudanya dengan aktivitas yang positif dan bisa berdiri atas kaki sendiri. Semangatttt!!!

Senin, 05 November 2012

Dua Inspirasi Emas #1

@Togamas Margorejo Indah

Di salah satu sudut toko buku, tepatnya lantai dua, aku melihat sosok yang menggetarkan hatiku. Sesosok lelaki berwajah tampan berperawakan tak terlalu tinggi agak sedikit kekar. Salah satu ketiaknya, ketiak kanannya mengapit kruk untuk menjaga keseimbangan tubuhnya, karena sebelah kakinya yakni kaki kanannya putus.Yang berarti dia hanya punya satu kaki.

Subhanallah…

Ketika itu hatiku gerimis, aku malu pada diriku. Gurat semangat tampak di wajah pria itu dan seolah menunjukkan bahwa ia adalah sosok yang sempurna seperti orang pada umumnya. Bukan fisiknya, namun kesempurnaannya tampak dari semangatnya dalam menyikapi keterbatasan.

Aku malu sekali, aku yang (Alhamdulillah) sampai saat ini masih diberi nikmat tubuh yang lengkap tanpa kurang suatu apapun, terkadang masih sering mengeluh atas kehidupanku. Seharusnya aku bisa lebih semangat dan lebih bias berbuat yang terbaik dalam hidup ini. Justru yang terjadi kebanyakan orang-orang yang berkekurangan semangat juangnya lebih tinggi dari orang normal. 

Aku belajar semangat dari pria itu, belajar makna kehidupan dari dia dan belajar lebih banyak bersyukur. Terima kasih Ya Rabb telah Engkau beri hikmah luar biasa hari ini padaku. Berilah aku ilham untuk selalu mensyukuri segala karunia-MU. Amin.

Selasa, 09 Oktober 2012

7 Kiat Membiasakan Diri Membaca Efektif

1.      Membaca = memahami
Kiat pertama ini diangkat dari “firman imperatif” dalam surat pertama al-Qur’an yakni al-Alaq, yang berbunyi “iqra”. Menurut pakar tefsir al-Qur’an, Quraish Shihab, kata iqra’ ini diambil dari kata “qara’a” yang berarti “menghimpun”. Merujuk ke ayat pertama surat tersebut, membaca sama dengan “menghimpun makna”. Dan menurut kamus besar bahasa Indonesia, secara jelas baca (membaca) itu diartikan juga sebagai aktivitas “memahami.”


2.      Membaca = memaknai
Membaca dalam arti memahami akan menjadi sangat efektif apabila dalam proses pemehaman itu sang pembaca menyertakan keinginannya atau mencantolkan “apa saja yang dimauinya” ke dalam teks-teks yang dibacanya. Misalnya, “apa sih makna (manfaat) surat al-Alaq bagi saya?” atau, bagamina ya keadaan Nabi Muhamad Saw. Saat menerima kelima ayat pertama surat al-Alaq? Proses memaknai akan memunculkan dorongan dari dalam antusiasme yang menggila untuk terus mau membaca.


3.      Membaca = memperluas wawasan dan memperkaya perspektif
Kiat ketiga ini merupakan salah satu contoh memaknai dalam tingkat yang sangat “umum”. Namun, sifat keumuman ini menjadi penting karena sifat kepastiannya (yaitu bila dalam proses membaca itu seseorang mampu menempuh secara benar dua kiat sebelumnya). Bisa jadi, seseorang yang kurang suka membaca buku, agak kesulitan untuk memandang suatu persoalan secara luas dan meninjaunya dari pelbagai sudut pandang.


4.      Kecintaan membaca = kecintaan belajar
Kiat keempat ini merupakan pemupukan atau pembiasaan aktivitas membaca yang memenuhi syarat ketiga kiat sebelum ini. bagi para pembaca tekun, tumpukan pemahaman, pemaknaan, dan kekayaan ilmu akan membuatnya mencintai kativitas mulia ini. ada pepatah Jawa yang menarik, yaitu witing tresno jalaran soko kulino. Dan menurut pakar membaca Mary Leonhardt, kecintaan sesuatu yang baru atau yang akan terjadi. 


5.      Kita harus gemar membaca agar dapat membaca dengan baik
Pemiasaan baik membaca yang dipupuk sedikit demi sedikit disertai kesabaran tinggi akan membuahkan suatu kegemaran. Atau, kalau susah sekali memantik minat untuk sungguh-sungguh membaca, ya berusaha-keraslah untuk menggemari aktivitas membaca. Kegemaran akan melahirkan penemuan satu metode efektif dalam hal membaca sesuai dengan karakter masing-masing pembaca. Misalnya, secara otomatis, seorang pembaca akan tiba-tiba mencatat, memberi tanda, dan mensistematisasi aktivitas membacanya.


6.      Membaca dengan baik = menyantap “makanan ruhani” secara teratur, sebagaimana kita melakukan sarapan pagi, makan siang, diselingi “ngemil” di sore hari, dan akhirnya makan malam
Ini contoh pemaknaan sederhana atas hasil yang diharapkan lahir dari kiat kelima. Akhirnya toh, sebagaimana pernah disampaikan oleh pujangga Inggris, “We first make our habits, then our habits make us.” Pada mulanya, kitalah yang menciptakan kebiasaan. Lama-kelamaan, kebiasaan yang kita ciptakan itulah yang membangun watak kita.


7.      Membaca adalah salah satu aktivitas terpenting sepanjang hayat, lebih-lebih lagi di era internet yang sarat percepatan dan perubahan seperti saat ini
Kiat terakhir ini semaca sugesti, pembangkit harapan dan semangat. Bagaimana kita mampu mengejar ketinggalan atau menyesuaikan dengan perubahan yang tengah terjadi bila kita enggan belajar terus lewat kegiatan yang paling mudah yakni mebaca?

#dinukil dari buku mengikat makna karya hernowo