1. Membaca =
memahami
Kiat pertama ini diangkat dari “firman imperatif” dalam surat pertama
al-Qur’an yakni al-Alaq, yang berbunyi “iqra”. Menurut pakar tefsir al-Qur’an,
Quraish Shihab, kata iqra’ ini diambil dari kata “qara’a” yang berarti
“menghimpun”. Merujuk ke ayat pertama surat tersebut, membaca sama dengan
“menghimpun makna”. Dan menurut kamus besar bahasa Indonesia, secara jelas baca
(membaca) itu diartikan juga sebagai aktivitas “memahami.”
2. Membaca =
memaknai
Membaca dalam arti memahami akan menjadi sangat efektif apabila dalam
proses pemehaman itu sang pembaca menyertakan keinginannya atau mencantolkan
“apa saja yang dimauinya” ke dalam teks-teks yang dibacanya. Misalnya, “apa sih
makna (manfaat) surat al-Alaq bagi saya?” atau, bagamina ya keadaan Nabi
Muhamad Saw. Saat menerima kelima ayat pertama surat al-Alaq? Proses memaknai
akan memunculkan dorongan dari dalam antusiasme yang menggila untuk terus mau
membaca.
3. Membaca =
memperluas wawasan dan memperkaya perspektif
Kiat ketiga ini merupakan salah satu contoh memaknai dalam tingkat yang
sangat “umum”. Namun, sifat keumuman ini menjadi penting karena sifat
kepastiannya (yaitu bila dalam proses membaca itu seseorang mampu menempuh
secara benar dua kiat sebelumnya). Bisa jadi, seseorang yang kurang suka
membaca buku, agak kesulitan untuk memandang suatu persoalan secara luas dan
meninjaunya dari pelbagai sudut pandang.
4. Kecintaan
membaca = kecintaan belajar
Kiat keempat ini merupakan pemupukan atau pembiasaan aktivitas membaca
yang memenuhi syarat ketiga kiat sebelum ini. bagi para pembaca tekun, tumpukan
pemahaman, pemaknaan, dan kekayaan ilmu akan membuatnya mencintai kativitas
mulia ini. ada pepatah Jawa yang menarik, yaitu witing tresno jalaran soko
kulino. Dan menurut pakar membaca Mary Leonhardt, kecintaan sesuatu yang baru
atau yang akan terjadi.
5. Kita harus
gemar membaca agar dapat membaca dengan baik
Pemiasaan baik membaca yang dipupuk sedikit demi sedikit disertai
kesabaran tinggi akan membuahkan suatu kegemaran. Atau, kalau susah sekali
memantik minat untuk sungguh-sungguh membaca, ya berusaha-keraslah untuk
menggemari aktivitas membaca. Kegemaran akan melahirkan penemuan satu metode
efektif dalam hal membaca sesuai dengan karakter masing-masing pembaca.
Misalnya, secara otomatis, seorang pembaca akan tiba-tiba mencatat, memberi
tanda, dan mensistematisasi aktivitas membacanya.
6. Membaca
dengan baik = menyantap “makanan ruhani” secara teratur, sebagaimana kita
melakukan sarapan pagi, makan siang, diselingi “ngemil” di sore hari, dan
akhirnya makan malam
Ini contoh pemaknaan sederhana atas hasil yang diharapkan lahir dari kiat
kelima. Akhirnya toh, sebagaimana pernah disampaikan oleh pujangga Inggris, “We
first make our habits, then our habits make us.” Pada mulanya, kitalah yang
menciptakan kebiasaan. Lama-kelamaan, kebiasaan yang kita ciptakan itulah yang
membangun watak kita.
7. Membaca
adalah salah satu aktivitas terpenting sepanjang hayat, lebih-lebih lagi di era
internet yang sarat percepatan dan perubahan seperti saat ini
Kiat terakhir ini semaca sugesti, pembangkit harapan dan semangat.
Bagaimana kita mampu mengejar ketinggalan atau menyesuaikan dengan perubahan
yang tengah terjadi bila kita enggan belajar terus lewat kegiatan yang paling
mudah yakni mebaca?
#dinukil
dari buku mengikat makna karya hernowo