Mengecewakan…
Itulah kata
yang tepat untuk menggambarkan apa yang telah aku alami pada beberapa hari yang
lalu. Namun ini menjadi salah satu kenangan berharga dalam rangka keinginanku
menggapai semua impianku.
Kapan hari,
aku dan ayahku berkunjung ke salah satu kantor redaksi sebuah majalah di
Surabaya. Seiring dengan ketertarikanku dengan dunia tulis-menulis, aku berniat
belajar pada ahlinya, yakni para awak redaksi majalah tersebut.
Kebetulan (meskipun
dalam kamus hidupku gak ada yang serba kebetulan semua sudah diatur oleh Yang
Maha Pengatur) ayahku kenal dengan salah satu dari redaksi majalah itu.
Maka ayahku mengutarakan keinginanku untuk bergabung menjadi bagian dari
redaksi majalah itu.
Ternyata
jauh panggang dari api, harapanku untuk belajar menimba ilmu kepenulisan atau
jurnalistik tak kesampaian, setelah salah satu punggawa yang bicara dengan ayah
itu bilang ke aku…
“Ya udah nulis aja, nanti kirim ke sini…”
Begitu
jawaban yang langsung diberikan kepadaku, jawaban singkat namun mengisyaratkan jikalau
aku tak bisa diterima sebagai bagian dari jajaran redaksi dan karena alasan
yang lain yakni jumlah awak redaksi majalah sudah penuh, belum ada lowongan
atau belum ada formasi tempat. Apalagi bagiku yang belum ada pengalaman sama
sekali di bidang jurnalistik. Hanya mungkin ada kesempatan untuk bagian
kontributor daerah saja, semacam wartawan freelance gitu.
Tak apalah
bagiku belum bisa menimba pengalaman di bidang jurnalistik, namun ada satu lagi
kejadian yang bukin aku jadi sebel banget, seperti yang aku sematkan pada judul
tulisan singkat ini. Sebelum aku pulang aku sempatkan untuk masuk ke ruangan di
mana para awak redaksi berkumpul dan bertugas, aku berkenalan dengan beberapa
orang yang ada disitu, beberapa di antaranya sangat ramah. Namun ketika aku
tanya pada satu orang kalau saya ingin belajar nulis, tiba-tiba bapak yang tadi
bicara padaku di awal pertemuan nongol dan berkata denga ketus…
“Kalo mau belajar nulis, ya nulis aja gak usah ribet”
Huft… kata-kata itu membuatku kecewa dan
sebel, apalagi ditambah dengan muka yang kurang bersahabat, dengan sikap
ketusnya wuih tambah bikin eneg… pengen cepet-cepet pulanga aja saat itu. Aku
dah berniat baik pengen belajar, eh malah dapet jawaban yang ketus kayak gitu
seolah dia gak mau berbagi ilmu. Padahal Islam kan mengajarkan kita untuk
selalu berbagi terlebih lagi dalam hal keilmuan gak boleh disimpen n didiemin
sendiri… bukan begitu? Bukan hehehe…
Akan tetapi
dari kejadian itu menjadi pengalaman bagiku, aku belajar bahwa gak semua yang
kita inginkan sesuai dengan realita. Terkadang ada hal yang tak sesuai yang
kita inginkan justru itulah pintu gerbang untuk menggapai sukses. Dari sini ada
pertanda bahwa aku harus lebih giat dan semangat lagi untuk menggapai impian.
Kata-kata yang sekidit menyakitkan itu bagaikan vitamin gratis untuk melatih
mentalku bahwa untuk menggapai apapun butuh perjuangan lebih.
Aku sebel,
tapi aku ucapkan terima kasih kepada yang bikin aku sebel hari itu. Aku sebel,
aku semangat!!!
#Memory on February, 08th, 2011