Bicara tentang kesuksesan pasti sangat erat kaitannya dengan sebuah cita-cita atau impian. Kesuksesan bisa tercapai berawal dari adanya cita-cita atau impian yang diwujudkan dalam bentuk nyata dengan segenap upaya. Dalam persepsiku antara cita-cita maknanya dengan impian ada sedikit perbedaan makna.
Menurutku cita-cita itu maknanya lebih bersifat profesi atau pekerjaan. Sedangkan impian bisa lebih luas maknanya, bisa dikatakan semua keinginan seseorang yang ingin diwujudkannya dan dalam bentuk apa saja tidak hanya terbatas pada profesi atau pekerjaan. Kalo menurut teman-teman bagaimana, apakah ada perbedaan antara cita-cita dan impian?
Namun, cita-cita atau impian di sini bisa disama artikan maknanya. Anggap saja sebuah sinonim biar tidak (lebih) ribet.
Aku yakin dulu ketika kita kecil pun hampir tak mungkin ada di antara kita yang tak pernah ditanya tentang cita-cita, dengan kalimat “apa cita-citamu?” atau “cita-citamu ingin jadi apa?” dan lainnya. Namun apakah cita-cita atau impian itu masih terpelihara sampai saat ini atau masihkah ada semangat untuk mewujudkannya? Atau sebaliknya telah hilang seiring dengan berjalannya waktu. Jangan sampai hidup kita berlalu begitu saja tanpa ada upaya mewujudkan minimal satu cita-cita atau impian yang mulia.
Dari buku-buku motivasi yang pernah aku baca, banyak di antara kiat-kiat untuk menggapai kesuksesan hidup adalah salah satunya dengan menetapkan tujuan hidup yang jelas, yakni berupa cita-cita atau impian yang ingin digapai. Memang banyak di antara kita yang memiliki impian dalam hidup ini, namun impian tersebut tidak disertai dengan motivasi yang kuat dan keikhlasan diri untuk berusaha menggapainya, sehingga impian itu hanya tinggal angan belaka tanpa ada tindaknya nyata untuk mewujudkannya.
Menurut L. Thomas Harrison dan Mary H. Frakes dalam bukunya The DNA Succes, satu hal yang menyebabkan seseorang sukses adalah definisi orang tersebut tentang sukses yang membuatnya berhasrat untuk mengejarnya. Sebaliknya bagi mereka yang tidak memiliki impian, akan menjalani hidup apa adanya tanpa muara. Ia akan selalu merasa tidak memiliki tantangan apapun, akibatnya hidupnya pun cenderung stagnan.
Tak sedikit orang bahkan di antara kita yang berangggapan bahwa hidup itu gak usah ribet, nyantai saja seperti air mengalir. Anggapan bahwa hidup gak usah ribet itu memang benar dalam artian dalam menjalaninya dengan easy going, bukan hidup penuh kebingungan dan keluh kesah. Namun bukan berarti hidup hanya apa adanya saja tanpa disertai tujuan yang jelas berupa cita-cita atau impian. Apalagi tak punya keinginan untuk menebar manfaat kepada sesama. Lantas, apa yang akan dijadikan bekal menuju akhirat kelak?
Dengan memiliki dan menetapkan cita-cita atau impian yang ingin dicapai dalam hidup ini, maka hidup ini akan lebih terarah dan bermakna. Semangat hidup akan tetap membara meski diterpa gelombang pasang surut kehidupan. Ibarat satu bangunan yang sudah pasti diawali dengan pondasi sebelum berdiri kokoh di atas bumi. Begitu pula dengan hidup kita, cita-cita atau impian adalah pondasi kehidupan untuk menjadikan tetap kokoh menjalani setiap episode kehidupan.
Kita pun bisa melihat dari karya-karya anak bangsa yang mengangkat tema impian seperti Andrea Hirata dengan tetralogi Laskar Pelanginya. A. Fuadi lewat trilogi Negeri 5 Menaranya (novel ketiga belum terbit). Yang di balik kehadiran novel mereka yang terinspirasi dari kisah nyata yang mereka alami, ada pesan yang kuat tentang pentingnya memiliki sebuah cita-cita atau impian dalam usaha mendapatkan kesuksesan hidup.
Akan tetapi, sebuah impian akan lebih bermakna bila impian tersebut bermuara pada kemanfaatan bagi sesama manusia. Memang pertama kali punya cita-cita atau impian pastilah yang terlintas adalah bagaimana menjadi pribadi yang sukses. Tapi jangan hanya berhenti sampai disitu saja. Tujuan memiliki cita-cita atau impian harus ada muara berikutnya dan ini menurutku sangat penting, adalah dengan menyisipkan niat untuk berbagi dan menjadikan wujudnya keinginan kita itu sebagai jembatan agar hidup kita bisa bermanfaat bagi sesama. Bukankah sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi yang lain? Dengan berbagi dan menebar manfaat maka kedamaian dan kebahagiaan hidup akan makin menghampiri kita, yang semuanya tak bisa diserupakan dengan keindahan materi atau kekayaan sekalipun.
Sekedar sharing, aku sendiri bercita-cita menjadi dosen, penulis, pengusaha kuliner dan motivator muslim yang dapat memberikan manfaat bagi sesama. Aku juga memiliki impian mendirikan “Rumah Baca” dan sekolah menulis serta kelas qira’ah di kampung kelahiranku. selain itu, aku juga ingin mempunyai penerbitan sendiri yang bisa mendukung lahirnya generasi penulis yang berahklak, jujur, inspiratif dan bermanfaat bagi orang lain serta ikut andil dalam mencerahkan masa depan bangsa dan negara.
Itulah uraian singkat mengenai cita-cita dan atau impianku, sengaja aku share di sini agar aku lebih termotivasi untuk bisa mewujudkannya. Bukankah kata-kata yang baik dari ucapan lisan maupun tulisan adalah bagaikan untaian do’a secara tak langsung. Semoga para malaikat pun ikut mengamini segala niat baik yang terbungkus indah dalam cita-cita atau impian kita semua. Baik yang telah, sedang dan akan kita perbuat, semoga dicatat sebagai amal saleh sebagai bekal kita menuju taman firdaus-Nya. Amin…
So, bermimpilah kawan!
I have a dream, do you?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar