Jumat, 02 September 2011

Peran Mubaligh Muhammadiyah

Bila diperhatikan kondisi masyarakat Indonesia yang mayoritas umat Islam belakangan ini jauh dari prilaku islami. Kecenderungan masyarakat masa kini adalah berbuat maksiat, ingkar, dan kufur semakin tumbuh subur. Kejahiliyahan menyeruak di mana-mana. Bagaikan wabah yang dapat mengancam masa depan umat Islam. Wajah masyarakat menjadi kusam dan gelap tertutup oleh berbagai bentuk kebodohan dan kemungkaran. Maksiat menjadi pemandangan sehari-hari dalam masyarakat. Bahkan rasa sensitif terhadap berbagai kemungkaran seakan tidak ada lagi.

Masyarakat menjadi pengecut dan tumpul, semangat jihadnya pudar. Mengagungkan budaya instan. Mewujudkan keinginan dengan menghalalkan segala cara. Kebenaran yang berdasarkan syari’at Islam, seolah tidak mungkin adanya. Maka kehidupan masyarakat dipenuhi dengan kontradiksi. Kebatilan menjadi kebenaran. Kezaliman menjadi keadilan. Kesewenang-wenangan dikatakan musyawarah. Penindasan terhadap rakyat menjadi pengayoman. Praktek-praktek kecurangan dianggap biasa. Seakan semua pola kehidupan di masyarakat menjadi kacau. Inilah ironi yang faktual.

Maka di sinilah peran para mubaligh sangat dibutuhkan untuk menyampaikan pesan-pesan Islami dan mengajak masyarakat utamanya umat Islam untuk kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya. Peran para mubaligh sangat diperlukan guna berkontribusi dalam perbaikan moral bangsa yang kian hari kian merosot.

Persoalannya, mengapa kondisi masyarakat kian merosot meskipun telah banyak para mubaligh yang tidak berhenti mengajak masyarakat kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya? Adakah kekeliruan dan kelemahan yang dilakukan para mubaligh dalam berdawah?

Perlu diketahui, dakwah tidaklah cukup hanya dengan cara berbicara dari satu masjid ke masjid, ceramah di atas mimbar. Masih ada beberapa metode dakwah yang bisa jadi lebih bagus jika diterapkan untuk masyarakat masa kini. Setidaknya ada tiga metode dalam dakwah menurut penulis yang bisa diterapkan dalam kegiatan dakwah masa kini. Pertama, yang paling masyhur yaitu dakwah bi al-lisan, menyampaikan pesan-pesan Islam melalui ceramah, khutbah, maupun majelis ta’lim. Dakwah dengan metode ini bisa dilakukan oleh para mubaligh yang mahir dalam olah kata, berceramah dan berbicara di depan umum juga memiliki pengetahuan yang luas.

Kedua, dakwah bi al-hal yaitu menyampaikan pesan-pesan Islam dengan perbuatan atau prilaku sehari-hari. Dengan memberikan keteladanan akhlak yang mulia baik akhlak kepada Allah maupun akhlak kepada sesama manusia. Di samping itu juga berarti berdakwah bisa melalui sarana profesi, misalnya berdagang yang mampu sukses dan membuktikan bahwa kesuksesannya tersebut adalah karena buah ketaatan beribadah kepada Allah. Hal ini bisa menjadi semacam sugesti bagi masyarakat untuk lebih meningkatkan kualitas ibadahnya.

Ketiga, adalah dakwah bi al-qalam yaitu dakwah dengan menggoreskan pena atau menyampaikan pesan-pesan Islam lewat tulisan. Dakwah bisa disampaikan melalui berbagai media di antaranya koran, majalah, buku, dan blog atau website. Sehingga pesan dakwah bisa dinikmati oleh siapapun yang membacanya, tidak terbatas tempat. Inilah yang masih kurang mendapat perhatian dari para mubaligh, masih banyak yang belum mampu menyampaikan dakwahnya melalui untaian kata mengikat makna.

Penyelenggaraan pendidikan kader mubaligh muhammadiyah yang bertempat di Universitas Muhammdiyah Sidoarjo (UMSIDA), kerjasama antara PWM Jatim, UMSIDA dan Asia Muslim Charity Fundation (AMCF), kita berharap nantinya akan muncul kader-kader mubaligh militan yang mempunyai semangat tinggi dalam berdakwah. Paling tidak dengan menggunakan tiga metode itu.

Karena perbedaan latar belakang setiap peserta pendidikan, sudah pasti ada di antara para peserta yang memiliki keahlian masing-masing. Ada yang memiliki kemampuan lebih dalam menyampaikan dakwahnya melalui lisan, ada yang melalui prilaku, ada pula yang melalui tulisan. Jika semuanya disinergikan dalam satu visi dan misi, akan bisa menghasilkan kekuatan dakwah yang besar dan mampu membawa perubahan. Dengan demikian, Muhammdiyah sebagai persyarikatan yang mengusung misi dakwah melalui para mubalighnya berperan penting dalam membangun moral bangsa.

*Dimuat di rubrik opini majalah MATAN edisi 61, Agustus 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar