Senin, 13 Juni 2011

Mengejar Skripsi

“Banyak Orang yang tidak sadar mereka begitu dekatnya dengan sebuah kesuksesan tapi sudah keburu menyerah”.
(Thomas A. Edison)


Ada satu cerita perjalanan hidupku yang menurutku penuh dengan muatan motivasi atau semangat bagi diriku pribadi. Dan semoga juga bisa memberi inspirasi bagi sahabat-sahabat sekalian. Ini kisahku di akhir kuliah, tepatnya ketika perjalanan merampungkan tugas akhir alias skripsi. Seolah mengejar skripsi, karena aku harus bisa menyelesaikan tugas akhir tersebut jika ingin ikut ujian dan lulus kuliah tepat waktu.

Pada awalnya aku merasa bahwa skripsi itu tidak terlalu sulit, tinggal mencari judul, mengerjakan, selesai ujian dan lulus. Namun jauh panggang dari api, kenyataan berbeda dengan pernyataan. Aku mengalami kesulitan hanya untuk merumuskan judul saja. selain telah banyak bahasan yang telah dipakai oleh para wisudawan era sebelumnya, pun juga karena pergantian kajur dan sekjur. Hal tersebut menyebabkan sulit untuk sekedar menembus demi mematenkan judul skripsi.

Keyakinanku pada saat aku praktek di pengadilan Agama (PA), bahwa aku akan segera mendapatkan judul skripsi kandas. Ternyata tidak hanya modal keyakinan untuk sukses tapi kerja keras pun perlu. Karena aku tidak mempersiapkan diri untuk menggali informasi pada saat praktek di PA tersebut, akhirnya akupun tidak mendapat satu pun inspirasi judul skripsi untuk aku ajukan ke hadapan sekjur dan kajur. Dari situ aku pun bingung, aku harus di mana judul skripsi yang bakal tidak ditolak.

Akhirnya, aku coba silaturahmi ke rumah salah seorang hakim di Mojokerto, siapa tahu hakim tersebut bisa memberikan inspirasi untuk judul skripsi. Dan Alhamdulillah aku mendapatkan gambaran untuk satu judul skripsi. Selanjutnya aku mengutak-atik kata demi kata untuk membuat satu judul yang layak diajukan. Setelah itu aku mencoba ajukan kepada sekjur, dan ternyata hasilnya negatif. Tapi aku masih bersemangat karena wajarlah usaha pertama gagal. Aku masih punya kesempatan dan waktu pun masih cukup panjang sekitar empat bulan lagi sebelum layanan pengajuan judul ditutup.

Namun sayangnya hampir tiga bulan lamanya, aku mondar-mandir ke PA, warnet, rental dan perpus masih saja judulku belum diterima oleh fakultas. Padahal sampai tiga bulan itu aku telah mengajukan hampir 7 judul skripsi dan semuanya masih tetap ditolak alias gagal. Hampir-hampir aku putus asa, aku merasa capek dan waktu pun semakin sempit. Seolah dada ini terhimpit. Karena aku telah berjanji pada diriku sendiri bahwa aku harus lulus tepat waktu. Ditambah lagi teman-teman dekatku banyak yang sudah dalam proses penyelesaian skripsi bahkan ada pula yang sudah selesai tinggal menunggu waktu ujian. Lengkap sudah penderitaanku (lebay.com hehe…).

Di saat hampir putus asa aku dihampiri temanku dan dia mengatakan, “Ayo lanjutkan perjuangan selama masih ada kesempatan, masih ada harapan dan masih terbentang kesuksesan. Yang terpenting jangan pernah menyerah, kesuksesan tak pernah lepas dari kerja keras.” Setelah mendengar kata-kata temanku itu aku langsung bangkit dan semangatku kembali lagi.

Singkat cerita, akhirnya aku pun mendapatkan judul skripsi yang akhirnya pun disetujui oleh fakultas dan mulai aku bisa mengerjakan skripsi. Itu adalah usahaku yang ke delapan. Namun tidak sampai di situ saja kesulitan yang ku alami, setelah sukses di judul masalah baru datang lagi. Aku harus bergegas dalam mengerjakan skripsi. Belum lagi dosen pembimbingku yang memberi isyarat seolah menginginkan bimbingan berjalan santai padahal saat itu ujian gelombang dua akan dilaksanakan. Dengan usaha yang cukup keras dan do’a maksimal aku akhirnya mampu merampungkan satu semi satu bab dari skripsiku.

Namun hambatan seolah belum mau berhenti. Dosen pembimbingku enggan untuk meng-ACC dengan cepat, bahkan revisi malah semakin banyak. Di sini kesabaranku benar-benar diuji, revisi banyak sekali. Dan konsentrasiku juga terganngu dengan kabar-kabar bahwa tidak ada ujian geombang ketiga, itu artinya aku harus menunggu semester depan. Tidak! dalam batinku aku yakin pasti ada kesempatan untukku tamat kuliah tepat waktu, sambil berdo’a dan berharap ada ujian gelombang tiga. Aku pun berusaha fokus menyelesaikan revisi demi revisi.

Alhamdulillah, akhirnya dosen pembimbingku mau meng-ACC skripsiku untuk diujikan. Bersamaan dengan itu pula ada kabar bahwa ada ujian gelombang ketiga. Seketika itu aku bersyukur akhirnya kerja keras, do’a maksimal serta semangat pantang menyerahku tidak sia-sia. Semua terbayar lunas dengan berhasilnya aku mengejar skripsi dan meraih gelar sarjana siji dengan titel SHI. Hihihi…

Meminjam kata-kata Helvy Tiana Rosa, bahwa terkadang kita tidak harus gagal untuk sukses. Namun dengan kegagalan kita akan semakin kuat dalam menggapai kesuksesan yang kita inginkan. Memang benar seperti yang dikatakan Helvy, jikalau saja aku mencoba sekali langsung sukses, maka belum tentu cerita akhir perkuliahanku akan seindah yang ku alami. Dari kegagalan aku pun banyak belajar tentang semangat, kerja keras sikap pantang menyerah dan pentingnya saling memotivasi antar teman maupun sahabat. Dari kegagalan pula, aku lebih yakin akan firman Allah bahwa sesungguhnya dibalik setiap kesulitan pasti ada kemudahan. fa inna ma’a al-’usri yusran, inna ma’a al-’usri yusran.