Selasa, 23 Agustus 2011

Ibadah Puasa Melatih Sikap Ihsan

Ibadah puasa Ramadhan sangatlah erat kaitannya dengan sikap ihsan. Dalam satu hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, menyebutkan tentang tiga hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh seorang muslim. Tiga hal tersebut adalah perihal islam, iman dan ihsan. secara umum perihal islam dan iman telah sering kita tahu atau kita bahas, sedangkan dalam hal ihsan jarang kita sentuh atau kita bahas apalagi kita terapkan. Lantas, apakah yang dimaksud dengan ihsan? sesuai dengan hadits Rasul berikut, pengertian ihsan adalah :

Beritahukan aku tentang ihsan. Lalu beliau bersabda: “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu” . (HR. Muslim)


Berdasarkan hadits di atas, sikap ihsan bisa diartikan sebagai sikap seorang hamba dalam beribadah kepada Allah yang selalu merasa berada dalam pengawasan Allah Ta’ala. Dengan menyuburkan sikap ihsan baik dalam ibadah ritual maupun ibadah sosial kita, maka dalam kehidupan ini akan mengikis sikap “sembrono” atau asal-asalan dalam beragama.

Jika pengertian sikap ihsan ini ditarik ke dalam kehidupan keseharian, maka kita akan semakin sadar bahwa segala tingkah laku dan perbuatan yang kita lakukan di dunia ini, kesemuanya itu tidak lepas dari pengawasan Allah Ta’ala. Hal ini akan semakin menggiring kita untuk lebih bertaqwa lagi di mana saja kita berada, baik dalam keadaan ramai maupun sendirian. Rasa selalu diawasi oleh Allah menjadikan kita selalu berusaha untuk menjauhi maksiat dan segala hal yang dilarang Allah Ta’ala.

Begitupun halnya dengan puasa, jika dikaitkan dengan sikap ihsan maka puasa adalah sebagai sarana pendidikan ihsan bagi setiap individu. Ibadah puasa adalah ibadah yang jujur, maksudnya ialah ibadah yang hanya dirinya dan Allah saja yang tahu bahwa ia benar-benar melaksanakannya. Orang yang berkata kepada orang lain bahwa ia sedang berpuasa, dan semua orang lain mengira bahwa ia memang benar-benar berpuasa. Namun di dalam rumah bisa saja ia makan dan minum, siapa tahu kecuali dirinya dan Allah Ta’ala saja. Maka inilah sikap ihsan yang mendorong seorang hamba untuk bersikap jujur dan lebih bertaqwa.

Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa negeri kita Indonesia ini tengah dilanda krisis multi dimensi. Berbagai bentuk keburukan prilaku muncul di tengah-tengah masyarakat seperti kasus asusila, korupsi, suap yang tiada berujung, dan kebohongan yang dibela dan lain sebagainya. Jangan sampai kita ikut terbawa arus keburukan tersebut. Maka peran ibadah puasa di sini dalam melatih sikap ihsan, khususnya di bulan Ramadhan ini mengajarkan kita untuk senantiasa berlatih menjauhi segala bentuk keburukan prilaku tersebut, baik ucapan maupun tindakan. Kita harus selalu sadar bahwa segala apa yang kita perbuat berada dalam penglihatan dan pengawasan Allah Ta’ala. Karena semua itu pasti akan ada balasannya baik di dunia ini maupun di akhirat kelak.

“Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula.” (Qs. Al Zalzalah : 7-8)

Jangan sampai kita menyiakan ibadah puasa ini karena puasa adalah ibadah yang “penghargaan”-nya diberikan langsung oleh Allah kepada hamba-Nya, seolah-olah tiada sekat antara hamba dan Rabb-Nya. Hal ini sesuai dengan keterangan dalam hadits Qudsi berikut :

“Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah Saw. bersabda, bahwa Allah berfirman: setiap amal anak Adam untuk dirinya sendiri, kecuali puasa, sesungguhnya ia untuk-Ku, dan Aku akan memberikan balasan kepada-Nya.”

Akhir kata, mari kita maksimalkan kesempatan yang dianugerahkan Allah kepada kita berupa bulan yang penuh keberkahan dan ampunan-Nya, serta bulan yang di dalamnya ada pendidikan bagi kita untuk lebih bersikap ihsan sebagai sarana meraih derajat muttaqin. Dengan me-refresh niat kita serta memperbanyak amal sholeh kita, juga memperbaiki kualitas ibadah kita baik itu berupa ibadah ritual maupun ibadah sosial.

Dengan demikian jika kita mampu memanfaatkan keistimewaan yang ada di dalam bulan Ramadhan, maka hal tersebut bisa menjadi bekal kita dalam merubah prilaku kita menjadi lebih baik lagi selepas bulan Ramadhan. Semoga.