Satu
peristiwa yang aku alami kali ini akan menjadi album kenangan yang takkan
terlupakan olehku. Betapa tidak, aku sangat panik dan merasa dunia seolah
runtuh di hadapanku. Kejadiannya pada hari kamis bulan lalu. Peristiwa apa sih?
Saat itu tak
ada satu perasaan gelisah atau tanda-tanda aku bakal mengalami musibah. Semua
terlihat baik-baik saja. Sedari pagi cuaca segar dan indah, siangnya pun aku
bersemangat untuk mengantarkan surat lamaran ke salah satu yayasan agar aku
bisa kerja di sana. Nah, sehabis dhuhur tiba-tiba ada keinginan untuk mampir
sebentar ke kampus, menyambangi perpustakaan untuk mencari referensi salah satu
makalahku yang belum selesai.
Sebelum
menuju ruang utama perpus, di sebelah pintu masuk ada deretan loker yang khusus
untuk menyimpan tas bagi para pengunjung perpus. Tanpa ada perasaan apapun dan
kekhawatiran sedikitpun aku dengan santai menaruh tas di atas lemari loker.
Padahal sudah disediakan berpintu-pintu loker, tinggal ambil kunci dengan
jaminan KTM saja. Mudah tapi aku tak melakukannya, aku tidak menaruh tasku di
loker yang tersedia. Dalam pikiranku saat itu aku bakal masuk perpus hanya
sebentar saja untuk cari referensi dan segera kembali. Parahnya tak terpikir
sedikitpun dibenakku dengan keamanan laptop yang aku bawa dalam tas ranselku.
Dari situ
sebenarnya sudah kelihatan di mana kecerobohanku kala itu. Aku membiarkan tas
ransel yang berisi laptop di luar loker tanpa jaminan keamanan. Aku pun
melenggang dengan santai menuju ruang utama perpustakaan di mana letak koleksi
buku-buku berada. Setelah mencari-cari referensi yang aku butuhkan dan ternyata
tak ketemu maka kuputuskan untuk pulang saja.
Degggh….!!! Duerrr…!!!
Aku kaget plus panik bukan main, kain persegi panjang warna hitam yang kutaruh
di atas lemari kok gak ada? Masak hilang? Waduh… gimana ini??? Kebingungan luar
biasa menggelayuti pikiranku. Langsung aku coba tanya ke petugas bagian admin
tentang tas yang aku taruh di atas lemari loker.
“Tas ransel
hitam yang saya taruh di atas lemari itu di mana bu?”
Berharap
mereka tahu keberadaan tasku atau mungkin saja menyimpannya untuk keamanan.
Namun jawaban mereka seolah membuatku bagaikan disambar geledek di siang
bolong. Mereka bilang ke aku,
“Wah ndak
tau mas, lha kenapa kok gak ditaruh di loker aja kan kita dah sediakan kok gak
dipake?” lha isinya apa aja mas?”
“Ya ada
laptopnya bu”
“Lha gitu
kok sembrono, gak ditaruh di loker apalagi ada barang berharganya…”
“Ya saya
pikir karena sebentar saja, jadi saya taruh aja di atas lemari loker”
Namun
anehnya mereka, para petugas perpus itu gak mau peduli dengan yang aku alami,
Cuma sekedar tanya aja gak melakukan apa-apa, mungkin ikut bantu cari atau apa
gitu. Aku tambah bingung, mulutku bungkam, tenggorokan serasa kering meski tak
haus.
Masih dalam
keadaan bingung dan gak tau harus ngapain? *T_T* aku pun mencoba menenangkan
diri menuju masjid dan segera mengambil wudhu dan shalat dua rakaat. Aku
mengadu kepada Allah atas apa yang terjadi, berharap masih ada harapan laptopku
kembali.
Dengan
langkah gontai aku kembali ke kos, dan masih berusaha untuk menenangkan diri.
Mencoba untuk ikhlas dengan apa yang terjadi. Ingin rasanya memutar waktu tapi
itu gak mungkin. Kepala serasa berputar-putar tapi diriku masih dalam keadaan
sadar. Akhirnya aku putuskan untuk sms salah satu temanku, aku bilang ke dia
musibah yang menimpaku.
Sambil terus
berusaha untuk menyerahkan semuanya kepada Allah, berusaha menguatkan hati
untuk ikhlas dari apa yang hilang. Semua yang ada berasal dari-Nya dan akan
kembali pula pada-Nya. Terus-menerus aku coba menguatkan hati sambil berzikir.
Meski begitu aku adalah manusia biasa, makhluk sosial yang ketika ada masalah
masih butuh dukungan kekuatan untuk menghadapi setiap permasalahan.
Temanku datang
ke kosku dan mencoba menghiburku dengan bercerita tentang pengalamannya dulu
yang juga pernah kehilangan laptop seperti yang ku alami. Dia pun sempat drop,
mungkin hanya di hari pertama dan kedua, hari berikutnya ia kembali
beraktivitas seperti semula seolah tak pernah terjadi apa-apa. Ia memintaku
untuk tidak terlalu memikirkannya, nanti pasti akan ada ganti yang lebih baik.
Aku sedikit
terhibur dengan motivasi dari temanku itu. Tapi dalam hati masih berharap,
semoga ada keajaiban dan laptop itu kembali, semoga bisa kembali, semoga dan
semoga…
Telpon
Dari Mbak, Secercah Harapan Muncul
Tiba-tiba
handphone berbunyi, telpon dari mbakku. Ada apa yak ok tumben telpon. Ternyata
mbakku tahu tentang hilangnya laptopku dari status FBku. Hehe… mungkin saking
paniknya saat itu aku sampai nulis status kegalauanku kehilangan benda
berharga. Mbakku hanya menyarankanku untuk menanyakan kembali, harusnya segera
karena hari sudah malam jadi esok hari saja konfirmasi kembali. Tanya juga
apakah ada CCTV-nya, karena kalu ada akan lebih memudahkan untuk menangkap
pelakunya.
Keesokan
harinya, aku bergegas menuju perpus dan bertanya kembali kepada para petugas
perpus. Dan jawabannya mengisyaratkan masih ada harapan laptopku bakalan
ketemu. Salah satu petugas menyuruh aku untuk kembali ke perpus setelah shalat
jumat nanti, untuk bertemu dengan satu orang petugas perpus yang belum datang
yang barangkali menyimpan tasku.
Ikat Dulu
Kudamu, Baru Tawakal!
Dengan
kejadian yang aku alami ini, aku teringat satu kisah tentang tawakal. Anas bin
Malik meriwayatkan, suatu ketika seseorang menemui Rasulullah dengan menunggang
kuda. Ia tak menambatkan kudanya dan membiarkannya begitu saja, kemudian
langsung menemui Rasulullah. Orang tersebut berkata “Aku biarkan kuda itu, aku
bertawakal kepada Allah”. Sehingga Rasulullah menyanggah dan bersabda “Ikatkan
dulu, baru bertawakal”.
Dari hadis
riwayat Tirmidzi tersebut mengingat kepada kita semua bahwa apa yang dimaksud
tawakal itu adalah bukan hanya pasrah tanpa ikhtiar. Akan tetapi kepasrahan yang
didahului dengan ikhtiar yang maksimal. Dan ikhtiar itu adalah sebagai upaya
kita sebagai manusia yang telah dianugerahi oleh Allah modal berupa badan dan
otak yang sehat. Sedangkan hal-hal diluar kemampuan kita, maka kita serahkan
sepenuhnya kepada-Nya. Itulah makna ikatlah dulu kudamu baru tawakal. Ikhtiar
yang maksimal dulu baru tawakal.
Ini adalah
satu pelajaran yang sangat berharga yang akan selalu ku ingat. Mengingatkanku
untuk tak lagi berlaku sembrono di lain waktu, tidak ceroboh dan lebih berhati-hati
menaruh barang, apalagi yang berharga. Tawakal-ku masih keliru, aku menganggap
bahwa Allah pasti akan menjaga barangku jika aku yakin, namun yakin saja tak
cukup harus dengan ikhtiar dulu. Itulah kekeliruanku. Dan aku bersyukur ditegur
lewat kejadian ini, kalau saja aku tak mengalami peristiwa ini mungkin bisa
jadi aku bakal lebih ceroboh.
Terima kasih
Tuhan, Engkau memberi pelajaran berharga lewat kejadian ini. Jadikanlah hamba
termasuk dalam golongan orang-orang yang senantiasa bersyukur.
Semoga ini
juga menjadi pelajaran untuk sobat blogger agar tak sembrono seperti yang aku
lakukan. “Experience is the best teacher,” right?