Bulan lalu
temanku pinjam uang padaku, katanya sih untuk sesuatu yang urgent
banget. Jumlahnya sekian ratus ribu. Karena aku saat itu ada uang lebih dan
kasihan sama dia, dan tentu saja kita sesama muslim harus saling tolong
menolong. Akhirnya aku memberi pinjaman yang kuambil dari tabunganku. Sampai
sini gak ada masalah, dia memberi janji sebulan lagi bakal dibalikin tuh uang
pinjaman dariku. Aku pegang janjinya. Aku yakin dia bakal balikin uang itu
sebulan lagi.
Sebulan berlalu,
aku menerma sms dari temanku itu yang intinya bahwa dia belum ada uang untuk
melunasi hutangnya padaku. Okelah aku masih maklum dan memberi dia kelonggaran
sampai dia ada uang untuk bayar utangnya padaku, paling tidak sebulan lagi. Dia
setuju dan berjanji akan segera melunasi utangnya padaku.
Namun
ternyata sekali lagi, sebulan berikutnya berlalu tak ada tanda-tanda ia bakal
balikin uangku yang telah dia pinjam. Aku mulai gerah dan mulai luntur
keyakinan akan janji-janjinya. Rasa percayaku padanya lama-kelamaan mulai
terkikis. Aku kecewa, salah seorang teman yang cukup dekat denganku justru
membohongiku dengan janji-janji palsunya.
Sebenarnya
tidak hanya soal uang yang membuatku kecewa padanya, tapi karena ia membuat
janji yang tak pernah ia tepati. Kalaupun ia gak bisa lunasi hutang dalam
jangka waktu yang sebentar, lebih baik bilang saja dari awal bukan malah
mengulur-ulur waktu kembali dengan janji-janji palsu yang gak jelas muaranya.
Masih aku
tunggu kapan ia akan mengembalikan, karena aku tak mau menagih-nagih layaknya
tukang kredit atau rentenir. Sudah seharusnya yang pinjam itu ingat, atau jika
lupa dan diingatkan sekali harusnya tergerak untuk segera melunasi hutangnya,
bukan malah menunda dan menunda. Ini persoalan “trust” gak main-main. Kalau
kepercayaan sudah luntur maka nada-nada negatif akan bermunculan dalam hati ini
semisal kalau suatu saat ia pinjam lagi gak bakal aku kasih lagi.
Aku teringat
kisah yang diceritakan ayahku kepadaku bahwa semasa beliau muda dulu, beliau
pernah berhutang bahkan samapi harus gali lubang tutup lubang, demi untuk
menjaga kepercayaan dan janji mengembalikan sesuai dengan hari perjanjian.
Bahkan sehari sebelum deadline untuk bayar hutang ayahku sudah bayar
duluan. Maka ketika ayah sudah gak pernah lagi berhutang karena semua hutangnya
sudah pada beres, malah justru ayahku yang ditawari oleh pihak-pihak yang
member ayah hutang waktu itu. Karena apa? Karena kepercayaan yang dibangun oleh
ayahku. Ini penting, bahkan sangat penting dalam menjaga harmonisasi kehidupan
sosial kita.
Itulah
mengapa Rasulullah Saw mengajarkan kepada kita umatnya untuk senantiasa
menjunjung tinggi kejujuran, karena dengan jujur itu salah satu modal meraih
kepercayaan seseorang. Dan setelah kepercayaan itu tumbuh, maka kuatkan dengan
menjaganya agar tidak terkikis dan luntur. Itu yang dinamakan amanah. Amanah
dalam segala hal termasuk dalam hal menepati janji. Maka dari itu, jangan
sampai merusak “trust” yang diberikan seseorang kepada kita, entah oleh teman,
sahabat, kekasih apalagi itu adalah dari orang-orang terdekat seperti ortu,
keluarga dan sanak saudara.
So, jagalah “trust”,
jangan nodai “trust”. Kapanpun dimanapun…