Selasa, 09 Oktober 2012

7 Kiat Membiasakan Diri Membaca Efektif

1.      Membaca = memahami
Kiat pertama ini diangkat dari “firman imperatif” dalam surat pertama al-Qur’an yakni al-Alaq, yang berbunyi “iqra”. Menurut pakar tefsir al-Qur’an, Quraish Shihab, kata iqra’ ini diambil dari kata “qara’a” yang berarti “menghimpun”. Merujuk ke ayat pertama surat tersebut, membaca sama dengan “menghimpun makna”. Dan menurut kamus besar bahasa Indonesia, secara jelas baca (membaca) itu diartikan juga sebagai aktivitas “memahami.”


2.      Membaca = memaknai
Membaca dalam arti memahami akan menjadi sangat efektif apabila dalam proses pemehaman itu sang pembaca menyertakan keinginannya atau mencantolkan “apa saja yang dimauinya” ke dalam teks-teks yang dibacanya. Misalnya, “apa sih makna (manfaat) surat al-Alaq bagi saya?” atau, bagamina ya keadaan Nabi Muhamad Saw. Saat menerima kelima ayat pertama surat al-Alaq? Proses memaknai akan memunculkan dorongan dari dalam antusiasme yang menggila untuk terus mau membaca.


3.      Membaca = memperluas wawasan dan memperkaya perspektif
Kiat ketiga ini merupakan salah satu contoh memaknai dalam tingkat yang sangat “umum”. Namun, sifat keumuman ini menjadi penting karena sifat kepastiannya (yaitu bila dalam proses membaca itu seseorang mampu menempuh secara benar dua kiat sebelumnya). Bisa jadi, seseorang yang kurang suka membaca buku, agak kesulitan untuk memandang suatu persoalan secara luas dan meninjaunya dari pelbagai sudut pandang.


4.      Kecintaan membaca = kecintaan belajar
Kiat keempat ini merupakan pemupukan atau pembiasaan aktivitas membaca yang memenuhi syarat ketiga kiat sebelum ini. bagi para pembaca tekun, tumpukan pemahaman, pemaknaan, dan kekayaan ilmu akan membuatnya mencintai kativitas mulia ini. ada pepatah Jawa yang menarik, yaitu witing tresno jalaran soko kulino. Dan menurut pakar membaca Mary Leonhardt, kecintaan sesuatu yang baru atau yang akan terjadi. 


5.      Kita harus gemar membaca agar dapat membaca dengan baik
Pemiasaan baik membaca yang dipupuk sedikit demi sedikit disertai kesabaran tinggi akan membuahkan suatu kegemaran. Atau, kalau susah sekali memantik minat untuk sungguh-sungguh membaca, ya berusaha-keraslah untuk menggemari aktivitas membaca. Kegemaran akan melahirkan penemuan satu metode efektif dalam hal membaca sesuai dengan karakter masing-masing pembaca. Misalnya, secara otomatis, seorang pembaca akan tiba-tiba mencatat, memberi tanda, dan mensistematisasi aktivitas membacanya.


6.      Membaca dengan baik = menyantap “makanan ruhani” secara teratur, sebagaimana kita melakukan sarapan pagi, makan siang, diselingi “ngemil” di sore hari, dan akhirnya makan malam
Ini contoh pemaknaan sederhana atas hasil yang diharapkan lahir dari kiat kelima. Akhirnya toh, sebagaimana pernah disampaikan oleh pujangga Inggris, “We first make our habits, then our habits make us.” Pada mulanya, kitalah yang menciptakan kebiasaan. Lama-kelamaan, kebiasaan yang kita ciptakan itulah yang membangun watak kita.


7.      Membaca adalah salah satu aktivitas terpenting sepanjang hayat, lebih-lebih lagi di era internet yang sarat percepatan dan perubahan seperti saat ini
Kiat terakhir ini semaca sugesti, pembangkit harapan dan semangat. Bagaimana kita mampu mengejar ketinggalan atau menyesuaikan dengan perubahan yang tengah terjadi bila kita enggan belajar terus lewat kegiatan yang paling mudah yakni mebaca?

#dinukil dari buku mengikat makna karya hernowo

Selasa, 02 Oktober 2012

Indahnya Hidup Dengan Senyum

Garis lengkung yang bisa mengubah hidup anda menjadi lebih bahagia

Apakah itu?

Senyum! Ya, sebuah senyum bisa mengubah hidup anda menjadi lebih bahagia
Senyum itu membahagiakan
Senyum itu memancarkan harapan
Senyum itu lambang kesuksesan
Maka perbanyaklah senyum tiap hari!
(Prie GS)



Dalam perjalanan mau rapat bersama teman2 pemuda, aku terlebih dulu mampir ke warung terdekat untuk beli nasi soto daging, maklum perut udah keroncongan minta diisi kan ada istilah “logika gak jalan kalo gak ada logistik,” bener kan? Hehe.. balik lagi ke warung. Pas aku pesen soto penjualnya seorang ibu dengan senyum ramah menyapa dan dengan perkataan yang amat sopan melayaniku. Aku sangat terkesan dengan penjual itu karena di setiap melayani pembeli selalu dibarengi dengan senyuman. Dalam hati aku berkata, “ wah, kalo setiap warung penjualnya bersikap seperti ibu tadi bakal laris terus tuh dagangan.”
 
Aku pun berpikir kalo saja sotonya gak enak pun aku masih gak terlalu kecewa, tapi Subhanallah sotonya wenak banget jadi tambah mantab deh n aku pun gak ragu buat kembali lagi di lain kesempatan. Coba bayangin, kan selama ini banyak kita temukan para pedagang atau pekerja apa saja yang untuk senyum saja kok rasanya susah sekali, padahal “hanya” dengan senyum saja kita pun bisa membuat suasana Bete jadi menyenangkan. Poko’e bener deh sedekah paling sederhana tapi efeknya luar biasa itulah senyum. 

Meskipun ringan, senyum merupakan amal kebaikan yang tidak boleh diremehkan. Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah kamu meremehkan kebaikan sekecil apa pun, sekalipun itu hanya bermuka manis saat berjumpa saudaramu." (HR Muslim).
Bila kita merasa bukan orang istimewa, atau punya kemampuan biasa-biasa saja belajarlah untuk lebih banyak tersenyum setiap kali bertemu dengan seseorang kenal maupun tidak. Asalkan jangan senyum2 sendiri ya? Ntar dikira… Hehe..

Aku belajar dari seorang penjual soto yang sederhana bahwa berbuat baik tak harus menunggu kaya, menunggu jabatan tinggi tapi dari hal yang paling sederhana yakni dengan tersenyum ramah kepada siapapun. Mari indahkan diri kita dengan garis lengkung yang membahagiakan hidup, ialah senyum…