Jumat, 16 September 2011

Wisata Buku

Kemarin ketika aku pergi ke Surabaya untuk menyelesaikan beberapa urusan, aku menyempatkan diri untuk mampir di salah satu toko buku di kawasan Margorejo Indah. Aku sangat antusias setiap kali berkunjung ke toko buku. Aku senang sekali bisa kembali mencium aroma buku yang menggiurkan dan memaksaku untuk selalu ingin membeli dan memiliki setiap buku-buku yang terpajang rapi di rak toko buku. Bahkan terbesit keinginan suatu saat bisa mempunyai toko buku sendiri. Sejauh mata memandang yang semuanya adalah buku yang menarik membuatku betah berlama-lama di toko buku.

Aku bersyukur akhir-akhir ini minat bacaku meningkat karena sebelumnya aku amat jarang bahkan malas sekali untuk sekadar membaca koran atau majalah sekalipun. Hanya bila akan datang waktu ujian saja aku sempatkan kembali membuka buku-buku pelajaran, dengan sedikit terpaksa karena diobrak ortu hehe… Tapi itu dulu, sekarang aku sadar bahwa dengan membaca bisa membuka wawasan yang lebih luas, dan pengetahuan baru yang selama ini belum pernah ku dapatkan di bangku sekolah. Dengan membaca pula seakan bisa menjelajah dunia, menyelami pemikiran para ulama dan ilmuwan seluruh dunia dengan hanya duduk manis dtemani teh manis.

Kembali ke toko buku, ada pemandangan menarik di saat aku sedang asik melihat dan membaca beberapa tumpukan buku baru dan juga buku-buku best seller. Adalah seorang ayah ditemani tiga orang anaknya, satu dua perempuan dan satu laki-laki. Anak perempuan yang satu seumuran SMA dan satu lagi masih kecil dan imut-imut seumuran TK, dan yang laki-laki seumuran anak SD. Aku melihat mereka sangat menikmati sajian tumpukan buku yang terpajang rapi di atas rak bertingkat.

Sesekali dari mereka ada yang bertanya pada ayahnya setiap kali mendapati buku yang menarik perhatiannya.

      "Yah, adik mau beli ini ya? Ini bagus lho, tentang science? Tapi harganya agak mahal sih…"
      Ujar salah satu dari tiga anak itu.

Dengan bijak ayahnya menanggapi,

      "Coba sini ayah lihat dulu apa memang cocok buat kamu, kalau memang bagus gak apa-apa 
       ayah belikan." Jawab si ayah.

Aku sangat menikmati pemandangan menarik itu. Aku pun memutuskan membeli dua buku yang menarik bagiku. Yang lebih menarik lagi adalah pada saat aku antri untuk membayar buku di bagian kasir, yang berbarengan di depanku ada ayah dan tiga anak tadi. Aku lihat tumpukan buku yang dibeli oleh mereka. Subhanallah, banyak banget buku yang mereka beli. Sungguh merupakan semangat keluarga yang mendambakan masa depan yang cemerlang.

Apa yang dilakukan oleh seorang ayah itu di era sekarang ini mulai jarang terlihat. Sangat sedikit yang memilih mengisi waktu luang atau momen liburan dengan mengunjungi toko buku atau berwisata buku. Bila ada waktu senggang atau momen liburan mayoritas para keluarga memilih untuk menghabiskan waktunya dengan pergi ke tempat wisata atau ke mall. Apalagi kemudian punya keinginan untuk menyisihkan budget tersendiri untuk membeli buku, mungkin tak pernah terpikirkan.

Kegiatan wisata buku atau berkunjung ke pusat-pusat penjualan buku sekarang ini seakan makin sepi peminat, kecuali bagi kalangan yang hobi membaca atau bisa disebut kutu buku. Bahkan saat ini kaum pelajar sekalipun yang lazimnya bersahabat erat dengan buku pun juga mengalami degradasi minat terhadap buku. Padahal buku merupakan salah satu “vitamin” yang amat penting bagi kemajuan suatu bangsa. Dan apa yang ku lihat di toko buku itu ialah sebuah momen yang sangat inspiratif dalam menggugah kembali semangat cinta buku, semangat baca dan semangat menuntut ilmu.

Wisata buku pun bisa menjadi semacam penyegaran otak di tengah padatnya aktivitas sehari-hari. Lebih dari itu beragam manfaat bisa didapatkan lewat aktivitas membaca buku, khususnya dalam memperluas khazanah kelimuan dan membangun kerangka berpikir yang lebih bijak. Buku, yang sangat erat kaitannya dengan aktivitas membaca sudah seharusnya menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita.


Bila kita melihat kembali ayat Al-Qur’an yang pertama kali turun adalah perintah untuk membaca. Meskipun dalam hal ini makna membaca adalah sangat luas, dengan kata lain membaca tidak hanya membaca buku. Kehidupan ini pun ibarat buku yang terhampar luas sebagai sarana manusia untuk terus mempergunakan akalnya menyelami kebesaran Sang Maha Pencipta. Namun tetaplah makna membaca adalah erat kaitannya dengan buku atau membaca buku.

Ironisnya, saat ini banyak orang tua yang ingin anaknya pandai, suka belajar dan mencintai buku. Padahal orang tua itu sendiri tak pernah bersentuhan dengan yang namanya buku, jangankan mengajak untuk wisata buku bersama, membaca buku saja enggan. Ini yang aku ketahui sendiri ketika aku bermain ke rumah beberapa teman. Jarang sekali terlihat rak khusus untuk buku, yang banyak adalah aksesoris keindahan rumah. Bila demikian, bagaimana mungkin berharap anaknya akan suka belajar, cinta buku dan pandai?

Alhamdulillah, meskipun aku dilahirkan bukan dari keluarga yang hobi baca, mungkin hanya ayahku yang memliki hobi baca yang cukup tinggi. Anggota keluarga yang lain sekedar suka membaca artikel ringan yang ada di tabloid atau majalah saja. Namun paling tidak, semua anggota keluarga selalu mendukung hobiku membaca serta keinginanku untuk mempunyai perpustakaan pribadi dengan mengoleksi berbagai jenis buku. Aku ingin suatu saat keinginanku memiliki perpustakaan pribadi bisa terwujud, bahkan aku juga punya impian mendirikan “Kampoeng Baca” di kampung kelahiranku. Sehingga masyarakat di desaku akan semakin melek baca dan makin cinta buku dan makin rajin ber-wisata buku. Dengan begitu “wabah” kebodohan di desaku bisa berkurang bahkan hilang sama sekali.

Sungguh indah bila tiap keluarga di negeri ini punya agenda rutin untuk berwisata buku, terlebih menyediakan budget khusus untuk membeli buku. Ditambah lagi dengan menggiatkan aktivitas membaca buku. Dengan demikian, kebodohan akan benar-benar hilang dari kehidupan negeri ini.

Mari budayakan baca, budayakan cinta buku. Mari ber-WISATA BUKU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar