Jumat, 20 April 2012

Curhat Si Bocah

Seorang bocah perempuan curhat tentang gurunya di sekolah. Dia mengaku kalau ia sebenarnya suka dengan mata pelajaran hitung menghitung atau matematika, mata pelajaran yang biasanya mayoritas tak disukai oleh para siswa. Akan tetapi sayangnya kata bocah yang duduk di bangku kelas empat Sekolah Dasar itu, ia menjadi kurang menyukai pelajaran matematika karena gurunya sering tidak masuk, suka memberi tugas tapi tanpa keterangan yang jelas, tak pernah memberi kesempatan bertanya bagi para murid. 

Itulah sebabnya terkadang ia hanya asal-asalan jika mengerjakan tugas, karena sang pemberi tugas pun juga seolah memberi dengan tanpa perhatian. Ironisnya, hampir semua guru mengajar seperti itu.

Gimana jadinya, kalo sang guru yang biasa juga dijabarkan sebagai sosok yang harus digugu dan ditiru oleh para muridnya, justru memberikan mengajar dengan setengah hati bahkan mungkin “tanpa” hati. Sekadar mengajar untuk memenuhi jadwal mengajar saja tanpa ada “roh” mengajar besertanya. Yang terjadi adalah justru muncul sikap antipati si murid untuk menjalani aktivitas belajar. Yang awalnya rajin bisa jadi malas, dan yang malas apalagi, tambah muwaless…

Keluguan si bocah itu yang di sini adalah anak tetanggaku, dengan keluguannya dalam bertutur menggambarkan bahwa ternyata masih banyak para pendidik yang belum 100% mendedikasikan diri dalam pengabdian untuk mencerdaskan anak bangsa dengan “roh” mengajar. Sebagian besar hanya terkesan menjalankan tugas sebagai seorang guru tanpa menempatkan diri sebagai orang tua kedua bagi anak didiknya.

Seorang pengajar atau guru seharusnya menjadi mediator bagi anak didiknya untuk mengembangkan kecerdasan serta kreativitas anak didiknya tersebut. Para pengajar tidak hanya dituntun untuk mengusai ilmu dalam bidangnya tapi juga harus kreatif dalam mengajar serta memberikan pengajaran dengan konsep hati ke hati. Sehingga membangkitkan semangat dan motivasi para murid untuk belajar, dengan hati riang gembira, bukan hati yang terpaksa.

Itulah sedikit catatan dariku bagi para pengajar dan pendidik di mana saja berada, terutama teman-teman yang memang sekarang berprofesi menjadi seorang pengajar atau yang masih bercita-cita menjadi pengajar. Tugasmu mulia, cita-citamu mulia. Tetapi akan lebih mulia lagi bila mengajar dengan hati.

Terima kasih untuk para pahlawan tanpa tanda jasa, semoga kalian semua tetap istiqamah dalam mencetak generasi yang pintar, cerdas, kreatif dan berakhlak Islami serta bermanfaat bagi sesama.

2 komentar:

  1. Setuju! Banyak guru sekarang yang mengajar bukan karena panggilan jiwa, sehingga dalam mengajarpun setengah-setengah :(

    (Hampir) tak ada rasa peduli terhadap perkembangan murid-muridnya.

    Tapi di antara yang banyak itu, saya percaya ada guru - guru yang tak seperti itu. Semoga guru yang seperti ini ditambahkan ilmu dan dimudahkan rezkinya oleh Allah. Aamiin.. Dan tetap istiqamah di jalan yang sudah ditempuhnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. YUP...bener banget di antara sekian banyak yang 'gak OK' pasti masih ada yang 'OK'

      Amiin... Allah akan selalu beserta orang-orang yang berbuat kebaikan...

      Hapus