Seorang bocah perempuan curhat tentang gurunya di sekolah. Dia
mengaku kalau ia sebenarnya suka dengan mata pelajaran hitung menghitung atau
matematika, mata pelajaran yang biasanya mayoritas tak disukai oleh para siswa.
Akan tetapi sayangnya kata bocah yang duduk di bangku kelas empat Sekolah Dasar
itu, ia menjadi kurang menyukai pelajaran matematika karena gurunya sering
tidak masuk, suka memberi tugas tapi tanpa keterangan yang jelas, tak pernah
memberi kesempatan bertanya bagi para murid.
Itulah sebabnya terkadang ia hanya asal-asalan jika
mengerjakan tugas, karena sang pemberi tugas pun juga seolah memberi dengan
tanpa perhatian. Ironisnya, hampir semua guru mengajar seperti itu.
Gimana jadinya, kalo sang guru yang biasa juga dijabarkan
sebagai sosok yang harus digugu dan ditiru oleh para muridnya, justru
memberikan mengajar dengan setengah hati bahkan mungkin “tanpa” hati. Sekadar
mengajar untuk memenuhi jadwal mengajar saja tanpa ada “roh” mengajar
besertanya. Yang terjadi adalah justru muncul sikap antipati si murid untuk
menjalani aktivitas belajar. Yang awalnya rajin bisa jadi malas, dan yang malas
apalagi, tambah muwaless…
Keluguan si bocah itu yang di sini adalah anak tetanggaku,
dengan keluguannya dalam bertutur menggambarkan bahwa ternyata masih banyak
para pendidik yang belum 100% mendedikasikan diri dalam pengabdian untuk
mencerdaskan anak bangsa dengan “roh” mengajar. Sebagian besar hanya terkesan
menjalankan tugas sebagai seorang guru tanpa menempatkan diri sebagai orang tua
kedua bagi anak didiknya.
Seorang pengajar atau guru seharusnya menjadi mediator bagi
anak didiknya untuk mengembangkan kecerdasan serta kreativitas anak didiknya
tersebut. Para pengajar tidak hanya dituntun untuk mengusai ilmu dalam
bidangnya tapi juga harus kreatif dalam mengajar serta memberikan pengajaran
dengan konsep hati ke hati. Sehingga membangkitkan semangat dan motivasi para
murid untuk belajar, dengan hati riang gembira, bukan hati yang terpaksa.
Itulah sedikit catatan dariku bagi para pengajar dan pendidik
di mana saja berada, terutama teman-teman yang memang sekarang berprofesi
menjadi seorang pengajar atau yang masih bercita-cita menjadi pengajar. Tugasmu
mulia, cita-citamu mulia. Tetapi akan lebih mulia lagi bila mengajar dengan hati.
Terima kasih untuk para pahlawan tanpa tanda jasa, semoga
kalian semua tetap istiqamah dalam mencetak generasi yang pintar, cerdas,
kreatif dan berakhlak Islami serta bermanfaat bagi sesama.
Setuju! Banyak guru sekarang yang mengajar bukan karena panggilan jiwa, sehingga dalam mengajarpun setengah-setengah :(
BalasHapus(Hampir) tak ada rasa peduli terhadap perkembangan murid-muridnya.
Tapi di antara yang banyak itu, saya percaya ada guru - guru yang tak seperti itu. Semoga guru yang seperti ini ditambahkan ilmu dan dimudahkan rezkinya oleh Allah. Aamiin.. Dan tetap istiqamah di jalan yang sudah ditempuhnya
YUP...bener banget di antara sekian banyak yang 'gak OK' pasti masih ada yang 'OK'
HapusAmiin... Allah akan selalu beserta orang-orang yang berbuat kebaikan...