Jumat, 14 Oktober 2011

Bermimpi Ala Kiswanti

Siapa sangka sebuah mimpi kecil seorang ibu rumah tangga sederhana melahirkan hasil yang besar dan tak terduga. Ialah Kiswanti, sosok seorang ibu rumah tangga yang punya semangat luar biasa dalam memperjuangkan satu impian kecilnya, yaitu mengkampanyekan budaya baca. Seorang ibu yang memiliki impian kecil pada mulanya namun menghasilkan sesuatu yang besar di kemudian hari. 

Beberapa waktu yang lalu salah satu stasiun TV swasta, yang saya lupa apa nama stasiun TV itu yang jelas ada logo B berwarna biru, nama programnya Sang Juara, kembali menayangkan profilnya. Setelah sebelumnya pernah juga ditayangkan oleh metro TV. Saya coba melakukan pencarian di google tentang Kiswanti, dan sudah cukup banyak situs atau blog yang mengungkap tentang profil seorang Kiswanti.

Pada masa kecilnya, perempuan kelahiran Yogyakarta, 4 Desember 1962, ini menjalani kehidupan yang berbeda dengan anak-anak seusianya di Desa Ngipian, Jetis, Bantul. Kemiskinan membuatnya tak bisa mengenyam bangku pendidikan formal lebih tinggi. Ayahnya, Trisno Suwarno, seorang tukang becak. Ibunya, Tumirah, penjual jamu gendong.

Meski hanya lulus SD keinginan yang besar Kiswanti untuk terus membaca dan mengumpulkan buku tidak pernah surut. Sambil bekerja membantu orangtuanya sedikit demi sedikit uang dikumpulkan untuk membeli buku.

Tidak bersekolah ia imbangi dengan banyak membaca. Ia mengumpulkan beragam buku bekas, pembelian orangtuanya di pasar loak. Ribuan judul buku telah berhasil dikumpulkannya di rumah sejak dia muda. Kebiasaan itu terus berlanjut ketika dia mulai bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Jakarta, di rumah warga negara Filipina. Di situ pun Kiswanti meminta agar gajinya sebesar Rp40.000 per bulan dibayarkan dengan buku.

Kiswanti yang memiliki motto "Kemiskinan Bukan Halangan Untuk Cerdas", yang juga tertempel di antara ribuan buku yang tersusun rapi di rak yang menempel di dinding di rumah kecilnya. Tak hanya mengoleksi buku untuk taman baca yang ia namakan "Warabal" atau Warung Baca Lebak Wangi, di ruang depan rumahnya terlihat tujuh unit komputer ditaruh berjajar di meja rendah siap digunakan anak-anak yang mengikuti kursus komputer pada sore hari.

Itu menunjukkan satu semangat dan dedikasi seorang ibu yang sangat sederhana untuk ikut membangun kecerdasan bangsa. Ia memiliki motivasi yang besar untuk menyebarkan ilmu pengetahuan kepada masyarakat di lingkungannya terutama anak-anak. Tidak menunggu hingga menjadi kaya dulu dalam membangun mimpinya menjadikan masyarakat sekitarnya melek baca dan cinta buku, namun ia langsung terjun sendiri meski fasilitas belumlah lengkap.

Dalam wawancara oleh salah satu stasiun TV swasta, Kiswanti mengungkapkan bahwa dirinya dalam upaya mewujudkan mimpinya, bisa dibilang tak mudah. Karena masyarakat belumlah tergugah dengan budaya baca. Dan banyak yang hanya memandang sebelah mata atas usahanya menyebarkan “virus” gemar membaca.


Sebelum ia menjadikan rumahnya sebagai perpustakaan atau rumah baca, ia yang datang kepada orang-orang sekitar dengan membawa beberapa buku koleksinya. pernah juga ketika ia menjadi penjual jamu, ketika menawarkan jamunya ia juga membawa beberapa buku bacaan untuk anak-anak dan umum. Dan yang menarik adalah teriakannya waktu ia menjajakan jamu diselingi dengan slogan yang unik.

Jamu-jamu…
Buku-buku…

Siapa yang ingin sehat minum jamu…
Siapa yang ingin pintar baca buku…

Itulah kalimat yang ia ucapkan setiap kali keliling menjajakan jamu. Sungguh luar biasa sosok yang sangat sederhana dan meski tidak tumbuh dalam ruang lingkup akademis, namun semangatnya bisa jadi lebih besar daripada mereka yang mengaku akademisi. Kita yang mungkin memilki kondisi ekonomi yang lebih baik, berpendidikan lebih baik, sudahkah ada amal nyata kita yang memberikan manfaat bagi sesama?

Kegiatan Kiswanti terdengar Depdiknas. Dan akhirnya ia mendapat bantuan sebesar sepuluh juta yang ia pergunakan untuk membeli rak buku dan HR bagi tetangga yang membantu. Hingga saat ini koleksi Warabalnya sudah mencapai sekitar 2450 buku, Subhanallah, luar biasa.

Dari seorang Kiswanti kita bisa belajar bahwa betapa mimpi yang kelihatannya kecil, sederhana, remeh, namun dengan semangat tinggi untuk mewujudkannya ditambah dengan niat baik kepada sesama akan bisa terwujud dengan indah. Dan bahkan bisa memberikan rasa puas dan kebahagiaan yang tiada bisa dibandingkan dengan kadar materi sebesar dan sebanyak apapun.

Mari kita mulai membangun mimpi-mimpi kita, meskipun itu kelihatannya sederhana atau mungkin serasa tak mungkin terwujud. Namun lihatlah sekitar kita betapa banyak orang yang dalam keterbatasannya bisa meraih apa yang diinginkan, karena yakin bahwa Tuhan Maha Mendengar dan Maha Pengabul Do’a. Meminjam istilah AA Gim yang sempat popular, yakni 3 M. mulai dari diri sendiri, mulai dari hal yang kecil, dan mulai sekarang juga.

So, mari bersegera…!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar