Saat
mencium aroma tumpukan buku, rasa ingin segera membaca muncul seketika. Rasanya
ingin segera membuka lembar demi lembar halaman dari berbagai macam jenis buku.
Apalagi ketika bermain ke perpustakaan, ingin rasanya melahap setiap judul buku
yang ada apapun genre-nya. Terlebih lagi bila berkunjung ke toko buku,
rasanya pengen beli buku-buku bagus pilihanku.
Rasa
sukaku pada aktivitas membaca tidak datang dari sejak kecil, bahkan ketika aku
kecil pun sejujurnya aku malas sekali dengan yang namanya kegiatan membaca.
Jangankan membuka buku, melihat tebal dan huruf-hurufnya saja sudah ilfil alias
gak mood. Apalagi buku-buku pelajaran, tambah parah deh alerginya hehe… separah
itukah diriku waktu kecil? Ya, bisa dikatakan begitu, tapi jangan salah lho.
Kalo ditanya prestasi di kelas, aku masih bisa bersaing dengan anak-anak
terbaik di kelas, meski aku malas baca aku masih bisa meraih peringkat kedua
dan ketiga. Kalopun baca ya biasanya agak terpaksa disuruh sama ortu atau pas
lagi mepet mau ujian hehehe…
Ketertarikanku
akan buku belum juga muncul ketika menginjak bangku SMP, SMA bahkan sampai ke
perguruan tinggi. Dan hebatnya aku bisa melewati serangkaian ujian sekolah
dengan mulus, meski tak bisa dibilang bagus. Yang jelas aku merasa punya
kemampuan yang tidak jelek amat di bidang akademis meski tak juga dibilang
istimewa. Bisa dikatakan standar. Uniknya saat aku duduk di bangku SMA, aku
mulai suka membaca. Bukan membaca buku pelajaran, tapi bacaan favoritku saat
itu adalah tabloid Soccer.
Ya,
saat itu aku sangat suka dengan apapun yang berhubungan dengan bola, meski pada
dasarnya aku tak bisa bermain bola, kalo nonton suka banget. Agak aneh memang,
biasanya yang suka bola bisa dipastikan ia juga sangat getol main bola bahkan
jago. Cuman kalo diajakin main bola sama teman-teman ya masih bisa, bisa
lari-lari aja hehe… di samping karena dari kecil aku memang anak rumahan,
maksudnya jarang keluar rumah karena saat itu teman sebaya di kampungku hampir
gak ada kecuali teman sekolah. Apalagi setelah kejadian aku jatuh terpeleset
dan patah dan harus menjalani operasi. Itu pun gara-gara main bola sama
teman-teman SMPku, tapi aku yakin sih musibah itu juga sudah takdir dari Allah
mengingatkanku biar jadi pribadi yang lebih baik lagi.
Tiap
minggu, hampir tak pernah sekalipun absen untuk beli Soccer, biasanya beli hari
jumat karena tabloid itu terbitnya tiap jumat. Aku selalu menyisihkan uang saku
untuk beli tabloid itu. Dan aku bersyukur karena ayahku tak pernah melarangku,
bahkan terkadang beliau juga membelikanku tabloid itu dan majalah yang
berkaitan dengan sepak bola.
Nah,
mulai saat itu lama kelamaan gairah bacaku meningkat, meski masih terbatas pada
kesukaan pada bacaan non ilmiah, namun itu yang bikin aku selalu semangat.
Aktivitas membaca seolah menjadi “doping” bagiku untuk lebih semangat menjalani
hari-hariku. Bahkan satu ketika aku sampai minta ke ayah untuk dibelikan rak
khusus untuk menaruh tabloid Soccer yang sudah mulai menggunung waktu itu. Yang
sekarang aku ubah menjadi rak tempat kumpulan buku-buku koleksiku.
Aku
bersyukur sekali bisa mengenyam pendidikan hingga bangku kuliah. Karena dari
situ aku banyak belajar dan ketertarikanku akan aktivitas membaca bukan hanya
tabloid Soccer –bahkan sekarang hampir jarang sekali beli dan baca tabloid itu-
tapi lebih luas lagi, aku jadi suka baca buku yang dulu alergi banget. Dan semakin
lama semakin besar minat bacaku dan kecintaan pada buku-buku yang penuh
inspirasi. Meski itu terjadi di penghujung perkuliahan terlebih setelah lulus.
Buku
yang aku sangat antusias untuk membacanya adalah yang berkaitan dengan agama
Islam, motivasi, pengembangan diri, kepenulisan, novel yang based on true story,
entrepreneurship dan leadership. Buku non-fiksi favorit di antaranya buku
wisata hati karya ust. Yusuf Mansur yang mengusung tema Tauhid dan Sedekah,
buku No Excuse karya Isa Alamsyah serta Quantum Ikhlas karya Erbe Sentanu.
Sedangkan buku fiksi atau semi fiksi favorit di antaranya trilogi Negeri 5
Menara karya A. Fuadi dan sandiwara langit karya Abu Umar Basyier. Pada awalnya
aku suka banget ma karya dari kang Abik seperti Ayat-ayat Cinta dan Ketika
cinta Bertasbih 1 & 2, tapi setelah terbit buku N5M-nya A. Fuadi aku
cenderung lebih suka dengan novel yang berdasar kisah nyata.
Kalo
boleh bermimpi, tentu boleh banget, emang siapa yang ngelarang? Gratis lagi hehe…
aku ingin punya toko buku sendiri, atau paling tidak punya perpus pribadi. Dan
aku pun ingin mendirikan rumah baca di kampong kelahiranku, desa Windurejo. Moga
aja itu benar-benar bisa terwujud. Amin.
So,
teman-teman blogger sekalian daripada nongkrong gak jelas mari gunakan waktu
kita untuk banyak baca. Biar wawasan dan pengetahuan kita lebih luas dan tak
ketinggalan jaman. OK!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar